Friday, June 27, 2014

Schwere Panzer Abteilung, Detasemen Tank Berat Jerman



Oleh: Waffen Armee

Jerman semasa Nazi berkuasa mempunyai perangkat perang komplit. Memang tidak semuanya sempat mencium aroma udara bumi. Sebagian telah lahir, sebagian masih berupa prototipe dan bahkan masih ada yang setingkat ide. Namun hampir semuanya mematikan dan unggul dibanding perangkat sejenis milik negara-negara sekutu atau Rusia sekalipun. Salah satu yang patut diajukan adalah tank (panzer) Tiger. Tank raksasa ini bahkan menjadi andalan dan dipakai di banyak pertempuran. Dalam menjalankan tugas, ia sempat menjadi rebutan antara Angkatan Darat (Heer) dan pasukan SS.

Tiger memang diunggulkan oleh pasukan Jerman. Sehingga produksinya digenjot sedemikian rupa. Tiger I, sejak diproduksi Agustus 1942, sudah dibuat sebanyak 1.355 unit hingga pertengahan 1944. Karena segala sesuatunya serba besar, dalam satu bulan hanya bisa diproduksi 25 unit saja. Hanya saja pada April 1944, total produksi melonjak hingga 104 unit dan Juli 1944 diproduksi meningkat lagi menjadi 671 unit. Produksinya dihentikan Agustus 1944 karena digantikan oleh Tiger II yang dikembangkan sejak 1943.

Sama dengan saudara tuanya, Tiger II (King Tiger/ Konig) rencananya juga akan diproduksi hingga 1.500-an unit. Untunglah perang cepat selesai sehingga hanya sekitar 485 tank berbobot hingga 70 ton ini berhasil dibuat.

Melihat kemampuannya, tentu bisa dibayangkan bagaimana posisi tank sebesar gajah ini dalam pasukan Jerman saat itu. Dan memang militer Jerman, terutama AD (Heer) dan Pasukan SS berlomba-lomba menggunakannya. Beberapa detasemen khusus Tiger pun dibentuk, baik oleh AD maupun Pasukan SS. Medan tempurnya meluas dari Normandia, Hongaria hingga ke Kursk (Rusia) dan Afrika Utara.

Salah posisi
Pada mulanya, Tiger dirancang dan dibuat hanya sebagai arsenal pertahanan. Maklumlah, dengan badan sebesar itu (panjang 6,333 m minus meriam), lebar 3,7 m, tinggi 3 m dan berat mencapai 57 ton) dan kemampuan gerak cuma 38 km/jam, ia benar-benar seperti raksasa yang malas berjalan. Walau demikian, tank ini mampu meng-KO tank lawan berjarak 1.6 Km.

Kejelian Hitler melihat kemampuan arsenal yang mempunyai moncong meriam 88 mm menyatakan lain. Layaknya buto ijo, hantaman tangan dan tendangan kakinya bisa menghancurkan lawan berkepingkeping. Sebuah tank bisa terkoyak dan terjungkal hanya dengan sekali semburan meriam. Harusnya tank ini bisa juga digunakan untuk penetrasi dan penyergapan. Terutama untuk penetrasi awal dari jarak jauh.
Setelah pasukan udara membombardir pertahanan lawan, ganti Tiger yang memberondong dari jarak jauh sebelum akhirnya tank medium, panzer maupun pasukan darat masuk menyerang. Taktik blitzkrieg ini berhasil dalam beberapa pertempuran. Terutama dalam pertempuran di Kursk saat mencoba menguasai Rusia. Walaupun akhirnya tentara Jerman mengalami kekalahan total dalam pertempuran tersebut.

Hitler memang benar dalam soal kemampuan gempur Tiger. Namun ia tidak menyadari kelemahan sang ‘buto ijo” yang terletak pada sistem penggeraknya. Sistem track dari roda-roda geriginya akan langsung macet bila terhadang lumpur atau salju. Bila ini terjadi, tentunya ia menjadi sasaran empuk bagi lawan. Suatu kesalahan posisi yang berakibat hancurnya sang raksasa ini. tentang Tiger.

Schwere Panzer Abteilung
Posisi awal Tiger memang digabung dalam sebuah pasukan. Karena sosoknya sangat mencolok, raksasa ini dilindungi beberapa tank kelas medium seperti Panzer III. Formasi ini masih belum memuaskan sehingga terjadi beberapa perombakan. Hingga terakhir didapat formasi dengan mengorganisasi 45 tank. Dibagi dalam tiga kesatuan yang masing-masing terdiri dari seorang pemimpin dan 14 anggota. Namun tentu saja formasi yang sangat besar ini tidak menguntungkan dan tidak efisien. Mengurusi puluhan raksasa ini tentu sangat menguras tenaga. Energi dan waktu lebih banyak terserap pada pemeliharaan dan pengorganisasian komando daripada pertempurannya sendiri.

Hingga akhirnya, dibentuklah unit khusus tank yang disebut Schwere Panzer Abteilung. Walaupun divisi khusus, unit ini bukan korps tersendiri. Tetap menginduk pada korps pasukan yang lebih besar. Dalam setiap penggabungan, selalu ada perombakan struktur dalam korps pasukan tersebut.

Dengan dibentuknya divisi-divisi ini, masalah koordinasi teratasi. Walaupun keterbatasan produksi tetap menjadi kendala. Terutama karena terjadi perebutan antara AD dengan SS. Hingga akhir perang, tak kurang 10 detasemen panzer dimiliki AD, sedangkan SS mempunyai tiga detasemen. Sebuah detasemen rencananya akan ditambahkan, namun Nazi keburu hancur duluan. Sampai perang hampir berakhir, detasemen-detasemen khusus ini masih mengalami perombakan.

Beberapa detasemen Tiger yang terkenal adalah 503st Heavy Panzer Detachment, 505th Heavy Panzer Detachment, 509th Heavy Panzer Detachment milik AD. Dan 101st SS Heavy Panzer Detachment milik pasukan SS.

503st Heavy Panzer Detachment Disebut juga Schwere Panzer Abteilung Feldherrnhalle, detasemen ini bertempur di Front Timur dan Barat. Ia adalah detasemen kedua dibawah Generalfeldmarschall Erwin Rommel yang akan ditugaskan ke Afrika Utara. Hanya saja keterlambatan produksi, yang rencananya diproduksi oleh Porsche namun kemudian diganti Henschel, membuat detasemen ini akhirnya dibelokkan menuju Front Selatan. Di bawah Generaloberst Erich von Manstein, mereka terlibat dalam pertempuran di Kharkov. Di pertempuran ketiga kalinya mereka menunjukkan kelasnya. Mereka berhasil menghancurkan Mobile Group Popov, pasukan khusus Rusia yang sangat gesit.

Selanjutnya mereka menuju Kursk untuk ikut sera dalam operasi Citadel. Di sini mereka kembali teruji dengan hanya kehilangan delapan unit sebelum akhirnya mundur. Di akhir 1943, mereka bergabung dengan Panzer Regiment Bake dibawah pimpinan Oberst Dr. Franz Bake. Bersama Bake, mereka terlibat pertempuran di Cherkassy. Namun April 1944, resimen ini dibubarkan. Detasemen 503 dikirim ke Selatan untuk beristirahat dan konsolidasi. Di sini mereka mendapat suntikan anggota baru berupa 12 unit Tiger II.

Saat Invasi Normandia 6 Juni 1944, Detasemen 503 terbukti menjadi pembawa sial bagi pasukan sekutu. Dibawah perintah Panzergruppe Barat, mereka berhasil menghancurleburkan pasukan tank sekutu di sekitar Caen. Dalam permulaan Operasi Goodwood, sebuah desa di Cagny terlihat oleh pasukan payung sekutu hancur lebur dan porak-poranda. Itu adalah buah kerja tiga Tiger dari Detasemen 503 yang memborbardir dari jarak jauh. Pasukan payung tersebut hanya mendapati segalasesuatunya sudah jungkir-balik.

Detasemen 503 terbukti menjadi horor bagi pasukan sekutu. Bahkan detasemen ini pula yang mengatur penarikan mundur pasukan Jerman karena pukulan pasukan sekutu. Berkat Tiger, pasukan Jerman tidak menjadi bulan-bulanan lebih lanjut pasukan sekutu. Dua bulan kemudian, detasemen ini kembali ditarik guna dilengkapi lagi dengan King Tiger yang lebih segar.

September 1944, Detasemen 503 yang telah segar bergerak ke Hungaria untuk membantu pertahanan Armeegruppe Fretter Pico di dekat Budapest. Begitu sampai di awal Oktober, tiga unit Tiger dipimpin Letnan Freiherr von Rosen langsung menyuport Skorzeny yang menggelar operasi penggulingan pemimpin Hungaria, Miklos Horthy. Operasi yang bertajuk Skorzeny Operation Panzerfaust pun sukses.

Pertempuran sesungguhnya kemudian terjadi di Debrecen. Di sini mereka berhasil menghancurkan pasukan Soviet. Seusai pertempuran, Detasemen 503 mengklaim telah menghancurkan 1.500 ranpur dan 120 tank.
Keadaan berbalik pada pertengahan November. Serbuan balik tentara Soviet mampu memukul balik pasukan Jerman hingga bertahan di kota Budapest. Pasukan Soviet langsung mengepung kota. Tak ada kata lain selain bertahan habis-habisan bagi pasukan Jerman bersama tank Tiger.

Cuaca terbukti menjadi momok bagi Tiger. Salju bulan November – Desember membuat sistem rodanya ngadat. Selain karena pertempuran, Tiger juga banyak menderita kehancuran karena salju. Saat drama pengepungan berakhir pada 31 Desember, pasukan Soviet menawan 45.000 pasukan Jerman plus pasukan Hungaria dan sebagian besar Tiger. Sisanya terus berjuang hingga dihancurkan tentara Soviet pada Februari 1945. Sebagai pengingat, sebuah Tiger I dari Detasemen 503 sekarang disimpan di Bovington Tank Museum, Normandia.

505th Heavy Panzer Detachment.

Dibanding sekaribnya, Detasemen 505 adalah yang paling terkenal dan banyak menuai kemenangan. Detasemen ini dibentuk pada 29 Januari 1943 dengan anggota diambil dari divisi panzer 3 dan 26.

Pada mulanya, mereka akan ditugaskan ke Front Afrika. Namun tugas kemudian dipindah ke Front Timur pada 20 Februari 1943. Kursk adalah medan pembuktian pertamanya. Di bawah pimpinan Mayor Seuvant, pada tanggal 3 Juli 1943 mereka melabrak Kursk. Pada hari pertama pertempuran, 27 Tiger berhasil menghancurkan 42 tank Soviet, termasuk 15 jenis KV1. Operasi ini berhasil memukul mundur pasukan infanteri Soviet. Hanya saja, pasukan Soviet cepat pulih. Pertengahan Juli itu mereka kembali menggempur pasukan Jerman walaupun secara sporadis. Mayor Seuvant menjawabnya dengan mengirim dua Tiger I. Hasilnya, 32 tank T-34S hancur di dekat Werch Tagino dihantam si raksasa ini.

Pada 22 Juli 1943, detasemen bergerak ke Iginka untuk membantu pertahanan. Hasilnya, pada 4 Agustus, 14 tank Soviet berhasil dihancurkan. Hari berikutnya, Tiger nomor 333 mengalami kebakaran tanpa diketahui sebabnya. Banyaknya pertempuran yang hebat dan medan sulit membuat banyak Tiger terpaksa diperbaiki selama pertempuran. Tercatat 17 Tiger harus masuk reparasi. Namun hanya dengan sembilan Tiger yang aktif, mereka mampu merobek 25 tank Soviet. Saat semua unit bisa beroperasi normal, pada 18 September mereka mampu menghantam 26 unit T-34 Soviet. Hanya satu korban jatuh yaitu Tiger nomor 200.



Karena efektifitasnya, mereka mendapat penghargaan tinggi dari Wehrmacht pada 31 Januari 1944. Selama tujuh bulan dalam tugas, mereka berhasil merontokkan 446 tank musuh. Oberleutnant Knauth bahkan dianugerahi Knight Cross karena berhasil menghancurkan 68 unit T-34 dalam satu hari. Sehari setelah penganugerahan, Knauth tewas dalam pertempuran. Unitnya yang terdiri dari dua Tiger tercatat sebagai top ace hingga peperangan usai.

Pasca menerima penghargaan, ternyata kebesaran Detasemen 505 perlahan-lahan meredup. Pada bulan Juli, mereka dipukul oleh 1st Army of Belarussia. Pasukan Jerman berhasil dipaksa mundur dari daerah Beresowize. Namun mereka harus merelakan 100 tanknya dikunyah Tiger.

Sisa-sisa detasemen ini ditarik ke Ohrdruf untuk diperbaiki dan ditambah anggota dengan Tiger II. Hasilnya, pada 2 September mereka berhasil menghancurkan 68 unit T-34 dan hanya kehilangan dua unit tank. Pada 16 Oktober, 26 tank Soviet kembali dikoyak. Namun sembilan Tiger terpaksa ikut hancur.

Detasemen 505 memang masih bisa mengamuk di mana-mana Namun perang tetap memerlukan perhitungan yang matang. Strategi yang jitu dari pihak sekutu dan Soviet temyata bisa mengatasi keampuhan dan keunggulan teknologi pasukan Jerman.

Puncak kejayaan detasemen terjadi di kota Metgethen pada Februari 1945. Ini adalah kota di wilayah Jerman yang pertama kali diduduki Tentara Merah. Demi mengeluarkan warga sipil daripendudukan Soviet, mereka memborbardir dan membantai pasukan 52nd Infantry Division Soviet. Tiger-Tiger itu temyata mampu menciptakan koridor aman sepanjang 1,5 km ke arah pantai. Hasilnya, 100.000 warga sipil berhasil meloloskan din dengan perahu dan 12.000 lainnya ditolong pasukan Jerman menuju pelabuhan.

Keruntuhan sudah di depan mata. Secara umum, pasukan Jerman memang sudah sangat kewalahan. Suplai bahan bakar dan amunisi sudah tersendat-sendat. Keruntuhan Tiger tinggal menunggu waktu. Pada pertempuran di Semenanjung Peyse tanggal 6 April 1945, 10 unit Tiger II dan semua unit Tiger I dari Detasemen 505 hancur lebur. Tanggal 15 April, karena ketiadaan bahan bakar dan amunisi, dua Tiger terpaksa ditinggalkan. Akhirnya, semua unit anggota detasemen berhasil dihancurkan tank-tank Soviet. Sebagian besar awaknya tewas termasuk pemimpinnya, Oberfeldwebel Mausberg. Hanya sebagian kecil yang mampu menyelamatan din dan kembali ke Jerman. Walau demikian Detasemen 505 mencatat kemenangan atas 900 tank dan 1.000 meriam musuh.

509th Heavy Panzer Detachment

Detasemen ini dibentuk pada awal September 1943 dan ditugaskan di Front Timur. Kebanyakan anggotanya diambilkan dari Resimen Panzer 204 dari 22 Panzer Division yang anggotanya terdiri dari 45 unit Tiger I. Pada mulanya, mereka terlibat dalam pertempuran di Ukraina dan menjadi bagian dari Pasukan Grup Selatan. Segera mereka bertempur di daerah Kirovograd dan Krivoi Rog sebelum akhirnya mundur bersama seluruh pasukan Jerman.

Dua bulan setelah dibentuk, tiga unit anggotanya terpaksa dilepas untuk kemudian bergabung dengan dua SS Panzer Division Das Reich. Di awal 1944, Detasemen 509 ditugaskan untuk terlibat dalam Pertempuran Kiev yang kedua. Pasukan Jerman kembali terpukul mundur. Dalam perjalanan mundur, Tiger I terlihat bertempur sengit di Pavlova.

Maret 1944, Detasemen 509 digabungkan dengan Gepanzerte Gruppe Bake, sebuah brigade lapis baja pimpinan Oberst der Reserve Dr.Med.Dent. Franz Blake. Pada akhir Mei, semua unit anggota detasemen diperbarui sebelum dikirim lagi ke garis depan pada 1 Juni 1944. Mereka langsung pertempuran dengan pasukan Soviet yang menggelar Operasi Bagration pada akhir bulan itu. Mereka bertempur hebat di Novosselki, Shitomir dan Chelmik.

Namun kekalahan total harus mereka rasakan. Bahkan pada 8 September 1944, hanya dalam waktu kurang dan 24 jam, 16 unit anggotanya hancur di dekat Kielce, Polandia. Sisanya kemudian bergerak ke Sennelager untuk perbaikan dan penambahan unit. Rencananya mereka akan mendapat tambahan 45 Tiger II Ausf B pada bulan itu. Apa daya,pabrik Henschel baru mampu menyelesaikannya pada Desember 1944.

Selanjutnya, detasemen ini bergabung dengan SS Obergruppenfuhrer Guile’s IV. SS Panzerkorps. Tugasnya adalah membebaskan kota Budapest dari pasukan Soviet. Operasi berkode Konrad III itu digelar pada 18 Januari 1945. Namun sebuah kesalahan dibuatnya hingga sebuah jembatan besar di atas sungai Vali hancur lebur.

Pertahanan Soviet yang solid menyebabkan Konrad II gagal total. Bahkan 40 dari 45 Tiger II anggota Detasemen 509 rusak. Untung sebagian besar bisa cepat diperbaiki. Hanya 10 yang akhirnya jadi rongsokan. Hanya saja dalam laporan diakhir pertempuran, detasemen ini menglaim telah berhasil menghancurkan 203 tank, 145 meriam dan lima pesawat terbang milik Soviet. Mereka mengaku hanya kehilangan 10 unit Tiger II selama kurun waktu 18 Januari-8 Februari 1945.
Selanjutnya mereka bergabung dengan III Panzerkorps untuk mendukung Operasi Fruhlingserwachen pada bulan Maret. Namun kembali terpukul mundur hingga ke Wina dan terlibat dalam Pertempuran Wina pada bulan April. Akhirnya, kekalahan demi kekalahan membuat detasemen frustasi. Pada 8 Mei 1945, sembilan unit Tiger II terpaksa mereka hancurkan sebelum keesokan harinya menyerah pada pasukan Amerika di dekat Linz.

101st SS Heavy Panzer Detachment

Detasemen 101 merupakan detasemen unggulan dari pasukan SS. Detasemen ini diciptakan pada tanggal 19 Juli 1943 sebagai bagian dari I. SS Panzerkorps-. Tidak seperti detasemen milik AD, dalam detasemen milik pasukan SS ini dua Tiger digabungkan dengan 13 tank jenis lain.

Detasemen gabungan ini pertama kali dikirim ke Front Italia pada 23 Agustus 1943 dan bertahan di sana hingga pertengahan Oktober. Dua tank kemudian dikirim ke Front Timur dan sisanya tetap bertahan di Front Barat. Untuk mengantisipasi invasi Sekutu di Eropa Barat, anggota detasemen yang sebelumnya bertugas di Front Timur ditarik ke Front Barat. Pada awal Juni 1944, detasemen ini ditempatkan di Beauvais, Prancis arah barat laut. Saat itu, elemen detasemen sudah sepenuhnya Tiger. Terdiri dari 45 Tiger di mana 37 unit siap operasi dan sisanya dalam kondisi perbaikan.

Saat D-Day digelar, detasemen ini langsung bergerak ke arah Normandia dan membombardir wilayah pendaratan musuh. Kanon 88 mm terbukti ampuh menghambat gerak maju pasukan sekutu. Setelah bertempur berminggu-minggu dengan gagah berani, detasemen ini kehilangan 15 dari 45 Tiger dalam Battle of Villers Bocage pada 5 Juli 1944.

Sisa pasukan tank ini kemudian ditarik mundur dan diperbarui dengan bergabungnya King Tiger. Ketika muncul lagi di Normandia pada awal Agustus, lagi-lagi nasibnya tertimpa sial. Pasukan sekutu terlalu banyak dan tangguh. Akibatnya, 25 Tiger terpaksa menyerah. Sisanya masih bertempur dengan hebat walaupun akhirnya terpaksa ikut dalam gelombang pengunduran din pasukan Jerman dari Prancis.

Akhirnya pada September 1944, detasemen ini dirombak total. Semua unsur ternpur diganti dengan Tiger II. Pada tanggal 22 di bulan yang sama, bahkan nama detasemen diubah menjadi Schwere Panzer Abteilung 501.



No comments: