Friday, April 17, 2015

Major Helmut Wick (1915-1940) Pilot Luftwaffe Pertama yang Meraih 50 Kemenangan Udara




Album foto Helmut Wick bisa dilihat DISINI

 Oleh : Alif Rafik Khan

Nama lengkap: Helmut Paul Emil Wick
Panggilan/julukan: Helmut
Lahir: 5 Agustus 1915 di Mannheim, Baden-Württemberg (Jerman)
Meninggal: 28 November 1940 di atas Isle of Wight, Selat Inggris (Inggris)
Nomor keanggotaan NSDAP: Tidak ada
Nomor keanggotaan SS: Tidak ada
Gelar akademis: Tidak ada
Anggota keluarga: Karl Wick dan Berta Schenck (orangtua), Walter Wick dan Doris Wick (kakak), Ursel Rolfs (istri), Walter Wick dan Sabine Wick (anak)
Ciri fisik: Tidak diketahui

Beförderungen (Promosi):
00.07.1937 Fähnrich
01.09.1938 Oberfähnrich
08.11.1938 Leutnant
01.08.1940 Oberleutnant
01.09.1940 Hauptmann
09.10.1940 Major

Karriere (Karir):
00.00.1935 - 06.04.1936 Bergabung dengan Luftwaffe dan mengikuti pendidikan di Dresden
16.04.1936 - 00.05.1937 Mengikuti pendidikan lanjutan untuk menjadi pilot
00.05.1937 - 00.06.1937 Ditempatkan di 6./KG 254
00.06.1937 - 00.00.1938 Mengikuti pendidikan lanjutan calon perwira Luftwaffe
00.00.1938 - 00.01.1939 Ditransfer ke II./JG 134
00.01.1939 - 01.05.1939 Ditransfer ke 1./JG 133
01.05.1939 - 30.08.1939 1./JG 133 berubah menjadi 1./JG 53
30.08.1939 - 22.06.1940 Ditransfer ke 3./JG 2
22.06.1940 - 05.09.1940 Staffelkapitän 3./JG 2
05.09.1940 - 09.09.1940 Staffelkapitän 6./JG 2
09.09.1940 - 20.10.1940 Gruppenkommandeur I./JG 2
20.10.1940 - 28.11.1940 Geschwaderkommodore JG 2

Orden und Ehrenzeichen (Medali dan Penghargaan):
00.00.193_ Flugzeugführerabzeichen
21.12.1939 Eisernes Kreuz II.Klasse, setelah meraih kemenangan udara pertama yang diraihnya pada tanggal 22 November 1939
06.06.1940 Eisernes Kreuz I.Klasse, setelah merampungkan misi tempur yang ke-100 sekaligus meraih kemenangan udara yang ke-9 dan ke-10 di hari yang sama (6 Juni 1940)
26.08.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht: "Das Jagdgeschwader Richthofen hat in den gestrigen Luftkämpfen den 250. Abschuß überschritten. Oberleutnant Wick errang seinen 19. und 20. Luftsieg" (Wing Pemburu Richthofen telah melampaui 250 kemenangan dalam pertempuran udara kemarin. Letnan Satu Wick meraih kemenangan udara yang ke-19 dan ke-20)
27.08.1940 Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #107, sebagai Oberleutnant dan Staffelkapitän 3.Staffel / I.Gruppe / Jagdgeschwader 2 (JG 2) "Richthofen"
06.10.1940 Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub #4, sebagai Major dan Gruppenkommandeur I.Gruppe / Jagdgeschwader 2 (JG 2) "Richthofen"
00.00.1940 Gemeinsames Flugzeugführer-Beobachterabzeichen mit Brillanten
06.10.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht : "Hauptmann Wick schoß am gleichen Tage fünf Jäger im Luftkampf ab und errang damit seinen 41. Luftsieg" (Kapten Wick menembak jatuh lima pesawat pemburu dalam pertempuran udara di hari yang sama sehingga menambah jumlah kemenangan udaranya menjadi 41 buah)
08.11.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht : "Hauptmann Wick schoß am gleichen Tage fünf Jäger im Luftkampf ab und errang damit seinen 41. Luftsieg" (Kapten Wick meraih kemenangan udara ke-48 sampai ke-53 di tanggal 6 dan 7 November dengan menembak jatuh enam pesawat musuh)
16.11.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht : "Das Jagdgeschwader Freiherr von Richthofen errang unter Führung des Major Wick seinen 500. Luftsieg" (Wing Pemburu Freiherr von Richthofen di bawah pimpinan Mayor Wick berhasil meraih kemenangan udara yang ke-500)
04.12.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht: "Der Kommodore des Jagdgeschwaders Richhofen, Major Wick, kehrte nach seinem 56. Luftsieg vom Feindflug nicht zurück. Damit hat die deutsche Luftwaffe einen ihrer kühnsten und erfolgreichsten Jagdflieger verloren. Major Wick, der für seinen heldenhaften Einsatz im Kampf für die Zukunft des deutschen Volkes mit dem Eichenlaub zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes ausgezeichnet war, wird im deutschen Volke und vor allem in der der deutschen Jugend als Vorbild fortleben" (Komodor Wing Pemburu Richthofen, Mayor Wick, tidak kembali dari sebuah operasi tempur setelah mencatatkan kemenangan udaranya yang ke-56. Mayor Wick, yang dianugerahi Daun Ek untuk Salib Ksatria dari Salib Baja atas aksi heroik serta pengorbanannya untuk masa depan masyarakat Jerman, akan tetap hidup sebagai contoh bagi rakyat Jerman dan utamanya kaum muda)

Aufzeichnungen (Catatan):
* Helmut Wick merupakan anak termuda dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan insinyur sipil Karl Wick dan Berta Schenck. Kakak tertuanya, Walter, dilahirkan di Swakopmund yang saat itu merupakan bagian dari Protektorat Jerman, Afrika Barat-Daya (Deutsch-Südwestafrika). Pecahnya Perang Dunia Pertama memaksa Keluarga Wick untuk pulang ke Jerman dan tak lama kemudian saudari Helmut, Doris, dilahirkan di Rohrbach, dekat Heidelberg. Pekerjaan ayahnya yang berhubungan dengan pembangunan jalan dan jembatan membuat Helmut menghabiskan sebagian besar dari masa kecilnya dalam keadaan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pertama mereka boyongan ke Hanover tahun 1919 (dimana ibu Helmut meninggal disana pada bulan Februari 1922), kemudian ayahnya membawa anak-anaknya pindah lagi ke Oliva di dekat Danzig dan Königsberg di Prusia Timur, sebelum kemudian menetap secara permanen di Berlin mulai tahun 1935.
* Pada tanggal 5 Agustus 1939 Helmut Wick menikah dengan Ursel Rolfs (1916-1968) di Berlin. Pasangan ini kemudian dikaruniai dua orang anak: Walter (lahir bulan Oktober 1939) dan seorang putri bernama Sabine yang dilahirkan beberapa bulan setelah ayahnya tiada (Februari 1941). Beberapa tahun kemudian janda Wick, Ursel, menikah kembali dengan Dr. Gerhard Tausch yang merupakan seorang Stabsarzt (dokter tentara berpangkat setara dengan  Kapten).
* Pada tanggal 31 Agustus 1939 Helmut Wick mendapat perintah penempatan di "Jagdgeschwader Richthofen Nr. I". Uniknya, pada saat itu tidak ada unit yang dinamakan seperti tersebut! Yang jelas, maksud dari surat perintah itu adalah Jagdgeschwader 1 yang berpangkalan di Döberitz dekat Berlin (dalam Perang Dunia I nama "Geschwader Richthofen" memang disematkan pada Jagdgeschwader 1), sementara julukan "Geschwader Richthofen" dalam Perang Dunia II lebih merujuk pada Jagdgeschwader 2. Wick kemudian menyadari kesalahan penulisan tersebut, tapi kemudian menjadi gembira karena kini dia bisa memilih apakah akan ke JG 1 atau JG 2 (kalau salah tinggal ngeles!). Dia akhirnya memilih JG 2 "Richthofen" yang saat itu dipimpin oleh Oberst Gerd von Massow.
* Helmut Wick pertama kali merasakan aksi udara dalam penyerbuan Jerman ke Polandia bulan September 1939, sementara kemenangan pertama diraihnya dalam misi keenam yang berlangsung tanggal 22 November 1939 saat dia menembak jatuh sebuah pesawat pemburu Curtiss Hawk 75 Prancis di dekat Nancy yang dipiloti oleh Sersan Saillard dari Groupe de Chasse II/4 Armée de l’Air (yang gugur dalam peristiwa tersebut). Atas prestasi ini Wick dianugerahi Eisernes Kreuz II.Klasse tanggal 21 Desember 1939.
* Pada tanggal 6 Juni 1940 Wick menjadi pilot pertama di I.Gruppe / Jagdgeschwader 2 (JG 2) "Richthofen" yang merampungkan 100 misi tempur. Atas prestasi ini dia dianugerahi Eisernes Kreuz I.Klasse di hari yang sama oleh Geschwaderkommodore Oberstleutnant Harry von Bülow-Bothkamp.
* Di akhir Pertempuran Prancis Wick mengantongi 14 kemenangan terkonfirmasi dan menduduki urutan ketiga pilot Luftwaffe dengan pencapaian terbaik setelah Hauptmann Werner Mölders dari JG 53 dengan 25 kemenangan dan Hauptmann Wilhelm Balthasar dari JG 27 dengan 23 kemenangan.
* Pertempuran Britania melawan pilot-pilot Inggris di musim panas tahun 1940 melambungkan nama Helmut Wick dalam hal popularitas dan karir. Meskipun laga yang dijalani begitu sulit karena harus menghadapi pilot-pilot berpengalaman dan dilakukan di wilayah musuh, tapi Wick tetap menambah jumlah kemenangannya secara teratur. Dia menembak jatuh lawannya yang ke-20 tanggal 24 Agustus 1940 dan menambah dua korban lagi sehari kemudian. Pencapaian ini membuat namanya masuk ke dalam Wehrmachtbericht untuk pertama kalinya (dari keseluruhan lima), sebuah siaran radio propaganda yang dikeluarkan setiap hari oleh Wehrmacht. Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht adalah sebuah kehormatan besar bagi setiap prajurit Jerman sehingga tanggal penyiarannya dicantumkan dalam buku tugas si prajurit (di bagian medali dan penghargaan). 20 kemenangan juga membuatnya memenuhi syarat untuk diganjar dengan medali Ritterkreuz, dan Wick secara resmi menerima medali tersebut tanggal 27 Agustus 1940 di Carinhall, langsung dari tangan Reichsmarschall Hermann Göring. Dia juga mendapat kesempatan diwawancara oleh koresponden Adler, sebuah majalah mingguan Luftwaffe. Bonus lainnya: Wick mendapat izin untuk liburan dan menghabiskan waktu bersama keluarga di Berlin selama empat hari.
* Pada tanggal 5 Oktober 1940 Helmut Wick meraih kemenangan udaranya yang ke-41 sekaligus melampaui pencapaian dua pesaing terberatnya dalam hal skor kemenangan tertinggi: Oberstleutnant Werner Mölders dan Major Adolf Galland. Dari sejak saat itu skor kemenangannya tak terkejar sampai dengan saat kematiannya yang tragis.
* Tak lama setelah kemenangan udaranya yang ke-41, Wick menerima perintah pada tanggal 6 Oktober 1940 untuk melaporkan diri pada Reichsmarschall Hermann Göring pukul tiga sore keesokan harinya. Cuaca yang buruk membuat dia memilih untuk berkendara sendiri dari Normandia ke Berlin menggunakan mobil. Dengan ditemani oleh wingman sekaligus sahabatnya, Oberleutnant Rudolf Pflanz, Wick berkendara sepanjang malam dan tiba di Reichsministerium tepat pada waktunya untuk bertemu dengan Göring, Generalfeldmarschall Erhard Milch, Generaloberst Ernst Udet, General der Flieger Kurt Student dan General der Flieger Karl Bodenschatz. Setelah pertemuan di Berlin, Wick bersama dengan Göring pergi ke Berchtesgaden dengan menggunakan kereta api pribadi sang Reichsmarschall. Mereka tiba pukul lima sore pada tanggal 8 Oktober 1940 untuk upacara penyerahan Eichenlaub secara resmi dari tangan Adolf Hitler. Wick kemudian diperkenalkan secara resmi sebagai "pahlawan Jerman" ke hadapan para wartawan dalam dan luar negeri oleh Kepala Pers Third Reich Dr. Otto Dietrich dalam sebuah konferensi pers. Penampilannya yang terkesan sombong dan mengolok-olok para korbannya meninggalkan impresi yang buruk pada kebanyakan insan pers yang hadir, dan Majalah Life sampai menyebutnya sebagai seorang "busybody" (tukang ikut campur)!
 * Pada tanggal 19 Oktober 1940 Wick dipromosikan menjadi Major sekaligus dipercaya sebagai Geschwaderkommodore (Komandan Wing) dari Jagdgeschwader 27. Dia tak berminat untuk meninggalkan Gruppe yang dipimpinnya di JG 2 "Richthofen" dan, setelah berpikir selama beberapa waktu, mengungkapkan opininya tersebut pada Göring sekaligus memintanya untuk dibiarkan tetap tinggal bersama dengan Gruppe kesayangannya. Keesokan harinya sang Reichsmarschall merubah keputusannya untuk mentransfer Wick ke JG 27 dan memberi kehormatan kepada pilot kebanggaannya tersebut untuk mengambil alih komando JG 2 "Richthofen". Dengan ini dia menjadi Major sekaligus Geschwaderkommodore termuda di seantero Luftwaffe dalam usia yang baru menginjak 25 tahun! Major Wolfgang Schellmann, yang telah mengomandani JG 2 dari sejak awal bulan September 1940, menjadi tumbalnya dan dia kemudian dipindahkan untuk menjadi Geschwaderkommodore JG 27.
* Jagdgeschwader 2 (JG 2) "Richthofen" mengklaim kemenangan udara yang ke-500 pada tanggal 16 November 1940 sehingga membuat nama Wick untuk keempat kalinya disebutkan dalam Wehrmachtbericht. Untuk merayakan prestasi tersebut, Wick bersama dengan para Gruppenkommandeur, Staffelkapitän dan personil markas pergi ke Paris untuk bersenang-senang. Tanggalnya adalah 22 November 1940, persis setahun setelah kemenangan udara pertama JG 2! Disana mereka mengunjungi pertunjukan di "Casino de Paris" dan makan malam di Hôtel Salomon de Rothschild".
* Helmut Wick, dengan ditemani oleh Stabsschwarm-nya - termasuk Oberleutnant Rudolf Pflanz, Leutnant Franz Fiby dan Oberleutnant Erich Leie - mengklaim kemenangan udara yang ke-55 saat dia menembak jatuh sebuah pesawat Spitfire Inggris di siang hari tanggal 28 November 1940. Lawannya saat itu kemungkinan besar adalah Pilot Officer Archibald Lyall dari No.602 Fighter Squadron yang dilaporkan terbunuh di hari itu. Kemenangan yang terakhirnya ini membuat skor Wick melampaui jumlah milik Werner Mölders yang berada di angka 54 sekaligus menjadikannya pilot Luftwaffe dengan pencapaian tertinggi. Saat kembali dari misinya ke Cherbourg- Querqueville, Wick meminta pesawatnya untuk diisi amunisi dan bahan bakar kembali. Bersama dengan Erich Leie sebagai wingman-nya, dia tinggal landas pukul 16:10 dan kembali ke sekitar wilayah Isle of Wight. Demi melihat pesawat-pesawat Spitfire musuh sedang terbang, dia membawa pesawatnya menanjak untuk dapat menyerang dari posisi yang lebih menguntungkan. Dalam sebuah serangan menukik Wick berhasil menembak jatuh pesawat Spitfire R6631 musuh sekaligus membunuh pilotnya, Pilot Officer Paul A. Baillon dari No.609 Squadron. Tak lama kemudian, sekitar pukul 17:00, giliran pesawat Messerschmitt Bf 109 E-4 (Werknummer 5344) yang dipiloti oleh Wick yang ditembak jatuh, kemungkinan besar oleh Flight Lieutenant John Dundas dari No. 609 Squadron, jagoan udara Inggris dengan 12 kemenangan (versi lain menyebutkan bahwa yang menembak Wick adalah Pilot Officer Eric Marrs atau pilot Polandia Zygmunt Klein dari 234 Squadron yang terbunuh di hari yang sama). Rudolf Pflanz sempat melihat sebuah Spitfire yang menembak sebuah Bf 109 dan pilotnya loncat keluar. Pflanz lalu membalas dengan menembak jatuh Spitfire tersebut, yang kemudian hancur di permukaan lautan dengan membawa serta pilotnya. Baru kemudian dia mengetahui bahwa pilot Bf 109 yang terjun ke lautan itu adalah komandannya sendiri, Geschwaderkommodore Wick. Ketika mendengar berita mengejutkan ini, Reichsmarschall Hermann Göring langsung memerintahkan agar dilakukan usaha pencarian oleh kapal-kapal torpedo Kriegsmarine meskipun malam telah menjelang. Keesokan harinya usaha pencarian tersebut mendapat bantuan kapal-kapal Kriegsmarine lainnya dengan mendapat tambahan Seenotdienst (Penyelamatan Udara-Darat) serta dikawal oleh pesawat-pesawat pemburu dari JG 2. Usaha tersebut berakhir dengan sia-sia dan keberadaan Wick tetap tidak diketahui. Dia kemudian secara resmi dinyatakan MIA (Missing in Action) pada tanggal 4 Desember 1940, sekaligus membuat namanya disebutkan untuk terakhir kalinya dalam Wehrmachtbericht. Wick tercatat sebagai Eichenlaubträger (peraih medali Eichenlaub) pertama yang kehilangan nyawanya dalam pertempuran.
* Pada tanggal 23 Januari 1941 ayah Wick menerima panggilan telepon dari Jenderal Karl Bodenschatz dari Führerhauptquartier yang memberitahukan bahwa Helmut Wick telah diselamatkan oleh pihak Inggris dan menjadi tawanan perang di Kanada (berdasarkan berita dari Reuters). Hitler dan Göring lalu memerintahkan agar laporan tersebut dikonfirmasi kebenarannya. Pada tanggal 5 Februari 1941 datang telegram dari Ottawa yang memberitahukan pada Ursel (istri Wick) bahwa nama suaminya tidak tercantum dalam daftar tawanan Sekutu di Kanada.
* Sepanjang karirnya sebagai pilot pemburu, Wick tercatat meraih 56 kemenangan udara yang diperolehnya dalam 168 misi tempur. 24 diantara korbannya adalah pesawat Spitfire.
* Nama Helmut Wick tak hanya harum karena prestasinya atau kepemimpinannya, tapi juga karena kenaikan pangkat luar biasa yang diterimanya, dari Leutnant menjadi Major hanya dalam waktu satu tahun! Dia adalah Eichenlaubträger pertama yang terbunuh dalam peperangan, dan merupakan jagoan Luftwaffe dengan skor tertinggi pada saat kematiannya.
* Pesawat-pesawat yang pernah digunakan oleh Helmut Wick: Focke-Wulf Fw 44 "Stieglitz", Arado Ar 68, Messerschmitt Bf 109 E-3 dan Messerschmitt Bf 109 E-4.
* "Wick adalah pemberani yang sebenarnya. Dia mempunyai penglihatan yang sangat tajam sehingga biasanya menjadi orang pertama yang melihat keberadaan pesawat musuh. Lalu dia akan membuka katupnya dan langsung menghampiri mereka tanpa tedeng aling-aling. Aku tak seberani itu, dan mungkin itulah yang membuatku tetap hidup sampai saat ini sementara dia tidak." (Franz Fiby, salah seorang wingman Wick di Stabsschwarm).


Sumber :
Buku "Luftwaffe Officer Career Summaries" karya Henry L. deZeng IV dan Douglas G. Stankey

No comments: